Kendal (gugat.id) – Adat tradisi Sungkeman Keraton Amartabumi di Kampung Djowo Sekatul Kecamatan Limbangan Kendal diisi dengan Gerebek Gunungan Ketupat, Senin (24/4/2023).
Gunungan Ketupat diarak keliling keraton, kemudian doa bersama yang dipimpin Raja Amartabumi, selanjutnya langsung diperebutkan oleh para warga.
Acara Sungkeman terhadap Raja Amartabumi, Sri Angling Prabu Punta Jayanegara Cakranagara Girinata dan istri diawali oleh putra raja Pangeran Garda Awang Jayanagara yang diikuti istri beserta cucu-cucu Raja, dan diikuti keluarga besar Keraton, termasuk sentono dan abdi dalem.
Pangeran Garda Awang Jayanagara mengatakan, Sungkeman ini sebagai bakti kepada orang tua, dengan memohon maaf, mengakui segala kesalahan, agar dimaafkan. Sungkeman ini dilakukan oleh seluruh kerabat Keraton Kanjeng Sinuhun.
“Saya sebagai anak harus berbakti kepada orang tua, dan meminta maaf atas segala kesalahan,” tuturnya.

Sementara penasehat Keraton Amartabumi, KRH Purba Wijaya mengatakan, tradisi Sungkeman di Keraton Amartabumi dilakukan rutin setiap Lebaran Hari Raya Idul Fitri. Tradisi sungkeman ini dilakukan untuk melestarikan budaya Jawa, supaya tetap ada sampai anak cucu dan generasi seterusnya.
“Tradisi Sungkeman ini selalu dilakukan di Keraton Amartabumi, sebagai benteng budaya Indonesia, kamilah yang ikut melestarikan ini,” tandasnya.
Dikatakan, Gerebek Gunungan Ketupat ini sebagai wujud rasa syukur atas berkah dari Allah SWT, sehingga selalu diberi kesehatan, kelimpahan rizki, dan dijauhkan dari segala marabahaya.
Ketupat yang memiliki segi empat ini menggambarkan kehidupan manusia yang memiliki Laku Papat atau empat unsur, yaitu kehidupan manusia harus bersinergi dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan dirinya sendiri.
Baca juga: https://www.gugat.id/wakapolda-cek-pos-ops-ketupat-progo-dan-pos-dirpolairud/
“Gerebek Gunungan Ketupat juga sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT, karena telah terbebas dari semua kesalahan, dan kembali menjadi suci seperti bayi yang baru lahir. Juga sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT, agar kehidupan di kemudian hari akan mendapatkan kemuliaan, kesehatan dan kesuksesan,” harapnya.
Tradisi Sungkeman ini sebagai wujud pengabdian atau penghormatan kepada Kanjeng Sinuhun atau Raja, dan juga menghormati kepada dirinya sendiri. Sungkeman ini diwujudkan dengan sujud kepada Kanjeng Sinuhun.
(red)