Berkenalan Dengan Monster Baru Bernama Metaverse |

Berkenalan Dengan Monster Baru Bernama Metaverse

By
Deskripsi Banner

Metaverse : Arti Dari Sebuah Nama

Pada tanggal 28 Oktober 2021, Facebook resmi berganti nama menjadi Meta. Di laman resminya, Meta dijelaskan sebagai salah satu bentuk komitmen Facebook membangun dunia virtual berjuluk metaverse.

Namun, apa itu metaverse? Secara sederhana, metaverse bisa kita definisikan sebagai semesta yang memungkinkan penggunanya beraktivitas dan melakukan interaksi secara virtual. Mengkombinasikan aspek media sosial, augmented reality, game online, dan cryptocurrency, metaverse menyuguhkan realitas digital yang detailnya menyerupai dunia nyata.

Contoh paling nyata dari penerapan metaverse bisa kita lihat pada video game Fortnite, aplikasi bernama Roblox, dan Horizon Workrooms milik Meta. Dalam permainan Fortnite, pengguna bisa saling berinteraksi menggunakan avatar atau karakter yang mereka buat. Pemain juga dapat melakukan transaksi, melakukan pembelian atau penukaran barang.


Baca Juga : Kodim 0730/GK Membantu Pemerintah Dalam Percepatan Vaksin Usia 6 – 11 Tahun


Semua aktivitas tersebut dilakukan dalam satu ruang virtual.Sementara itu, Roblox perlahan menjadi idola baru. Kala pandemi membuat segala acara berbasis luring terhenti, Roblox keluar menawarkan sensasi pertemuan anyar. Roblox mengembangkan sebuah platform yang mengizinkan seseorang membuat ruang virtual dan avatar untuk saling bertegur sapa.

Di kalangan anak-anak aplikasi ini cukup terkenal. Roblox banyak disukai karena ia mampu mengubah pesta yang sebelumnya biasa diselenggarakan secara luring menjadi daring. Fitur sosial yang dimiliki Roblox memungkinkan anak-anak berinteraksi tanpa harus bersentuhan langsung. Cukup duduk manis di depan layar, mereka sudah bisa mengadakan perayaan kecil-kecilan.Tak mau kalah, Meta baru-baru ini meluncurkan Horizon Workrooms.

Hampir sama seperti dua platform di atas, Workrooms mencoba mengkombinasikan ranah virtual dan nyata. Workrooms memberi kesempatan bagi penggunanya untuk menyalin hampir semua peralatan meeting ke dunia kerja virtual. Peserta pertemuan pun bisa saling bercakap via avatar.

Jadi, bentuk rapatnya sama persis layaknya pertemuan kerja biasa, hanya saja ruangnya virtual dan semua orang di dalamnya hadir dalam bentuk kartun.

Jungkir Balik di Dunia Virtual

Dilihat dari sudut pandang ekonomi, metaverse diprediksi bakal menciptakan ceruk keuntungan baru bagi berbagai macam korporasi. Itulah mengapa deretan perusahaan telah memasang kuda-kuda untuk menghadapi era baru ini. Facebook mengganti namanya menjadi Meta serta membuat Horizon Workrooms; Microsoft bekerja sama dengan Meta merancang platform pertemuan virtual; Nike bersiap memproduksi sneakers virtual. Di balik gemerlap profit tersebut, terselip sejumlah permasalahan.


Baca Juga : Sosiolog : Pemerintah Agar Lebih Memiliki Sense of Crisis Dalam Penanganan klithih


Menurut Louis Rosenberg, penemu dan pengembang teknologi AR, metaverse dinilai akan jauh lebih berbahaya daripada media sosial. Saat ditanya soal metaverse, dia merasa bahwa keberadaan metaverse dapat meleburkan batasan antara yang nyata dan maya

Lebih lanjut, Rosenberg menyinggung soal kemampuan metaverse dalam mengubah dan mendistorsi pengalaman sehari-hari. Prahara lain yang mungkin menyeruak adalah soal virtualisasi kehidupan sosial. Layaknya kemunculan masyarakat platform, metaverse mungkin akan menciptakan masyarakat virtual. Secara sederhana, masyarakat virtual adalah masyarakat yang keseharianya sangat bergantung pada piranti-piranti virtual.


Baca Juga : Koordinasi Relokasi, PKL : Malioboro Indah Tanpa Memindah


Hampir semua elemen kehidupannya dimediasi oleh ekosistem virtual. Datangnya metaverse tidak hanya meruntuhkan garis pemisah antara yang nyata dan maya, ia juga berpeluang mengganggu kepribadian, mengubah perilaku, dan identitas penggunanya. Sejauh ini belum ada pembahasan komprehensif mengenai datakrasi metaverse. Peneliti masih bertanya-tanya tentang kemungkinan selanjutnya. Akan tetapi, apabila mencermati kasus-kasus yang terdahulu, kita patut waspada perihal data, privasi, dan keamanan.


Rizkiansyah Fitramadhana

Mahasiswa S1 Sosiologi UGM

Leave a Comment

Your email address will not be published.

You may also like

Hot News

Instagram
WhatsApp
Tiktok
error: Content is protected !!