The Human Capital Project |

The Human Capital Project

By

GUGAT ID, – Dunia bergerak begitu kencang. Teknologi berkembang tanpa bisa dikendalikan. Keahlian memudar sekerlingan mata. Kita seolah hidup di era tanpa pijakan. Segalanya tampak mencair bahkan sebelum memadat. Sekarang, umat manusia di ambang dua pilihan: beradaptasi atau mati, mengikuti arus kecepatan atau punah. Apa yang bisa kita lakukan?

Berinvestasi pada modal manusia. Begitulah kira-kira bunyi proposal dari sang Kuda Troya, World Bank (WB). Menyitir laporan WB, Human capital dipercaya bakal menyelamatkan manusia dari lubang kemelaratan, menghadirkan pemerataan ekonomi, dan meningkatkan produktivitas setiap insan. Akan tetapi, apa sesungguhnya modal manusia?

Modal manusia adalah akumulasi keterampilan, kesehatan, dan pengetahuan yang dikumpulkan manusia sepanjang hidupnya. Secara umum, proyek modal manusia bertujuan mengakhiri kemiskinan ekstrem dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif melalui maksimalisasi produktivitas manusia. Produktivitas bisa dicapai bila sebuah negara mampu berinvestasi pada pemberian nutrisi, perawatan, kesehatan, pendidikan berkualitas, pekerjaan dan keterampilan. Artinya, kesuksesan pengembangan modal manusia sangat bergantung pada tiga bidang ultima: kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan.

Kesehatan sangat krusial sebab apabila warga negara terus bugar otomatis dia bakal lebih produktif. Ketika produktivitas seseorang meningkat, performa ekonomi ikut menanjak; ketika warga negara mampu menjaga kesehatan, pemerintah tidak perlu repot-repot mengalokasikan anggaran bantuan sosial; jikalau anak-anak terhindar dari stunting, mereka bakal mempunyai perkembangan kognitif ciamik; andaikata ibu hamil cukup diperhatikan, bayi yang lahir mungkin bisa tumbuh sehat. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan modal manusia, pemerintah terkait perlu memperhatikan kesehatan warga negaranya, dari sebelum lahir hingga dia bekerja.

Di sisi lain, pendidikan berkontribusi membentuk sumber daya manusia yang mumpuni. Seperti jamak diketahui, perkembangan teknologi, perubahan struktur demografi, serta dinamika tren ketenagakerjaan melahirkan tantangan anyar bagi negara-bangsa. Pendidikan diklaim dapat menjawab tantangan tersebut dengan menerapkan kurikulum dan model pembelajaran yang sesuai dengan megatrend serta keahlian terkini. Jika institusi pendidikan bisa menelurkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan nun sesuai kebutuhan industri kontemporer, maka calon pekerja akan mampu terus beradaptasi dan cepat terserap di lantai bursa pasar tenaga kerja.

Baca juga

Selanjutnya, sektor ketenagakerjaan. Di sini keberadaan pelatihan sangat lah penting karena transformasi teknologi menuntut adanya reskilling. Pekerja diminta untuk memperbaharui keahlian agar bisa beradaptasi dengan piranti dan organisasi produksi baru.

Menurut WB, tiga faktor di atas dapat berjalan maksimal bila sistem jaminan sosial diperkuat. Kita, kata WB, perlu menulis kembali kontrak sosial. Maksudnya, setiap negara yang ingin mengkultivasi modal manusia harus mereformasi skema bantuan sosial agar sanggup beradaptasi.

Sinyal perubahan itu perlahan mulai terasa. Di bidang ketenagakerjaan, misalnya, negara berbondong-bondong memperkenalkan jaminan kehilangan pekerjaan—di Eropa Barat sana jaminan ini dikenal dengan nama flexicurity. Masuk ke ranah kesehatan, deretan pemerintah telah terlibat aktif dalam pencegahan stunting lewat gerakan Global Scalling Up Nutrition. Semua ini dikerjakan demi memenuhi hasrat produktivitas. Lalu, apa kemungkinan yang muncul setelah proyek modal manusia ini berjalan?

(Rizqy/red)

Leave a Comment

Your email address will not be published.

You may also like

Hot News

Instagram
WhatsApp
Tiktok
error: Content is protected !!