Mahasiswa Empat Negara Ikuti Summer Camp Visual Ethnography di Yogyakarta dan Bali |

Mahasiswa Empat Negara Ikuti Summer Camp Visual Ethnography di Yogyakarta dan Bali

By

YOGYAKARTA, gugat.id – Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta bersama Universitas Dhyana Pura (UNDHIRA) Bali kembali menghadirkan pengalaman belajar lintas budaya melalui program Summer Camp Visual Ethnography 2025. Kegiatan yang berlangsung sejak 1 Agustus hingga 8 September 2025 ini diikuti oleh 17 mahasiswa dari empat negara: Indonesia, Jepang, Italia, dan Uruguay.

Mengusung konsep blended learning, para peserta menjalani rangkaian pembelajaran daring, observasi lapangan di Yogyakarta dan Bali, diskusi kelompok, hingga presentasi final. Rektor UKDW, Dr.-Ing. Wiyatiningsih, S.T., M.T., menyampaikan bahwa program ini memiliki makna lebih dari sekadar kegiatan akademis. “Kegiatan ini merupakan ruang perjumpaan antarbangsa dan antarbudaya, tempat kolaborasi internasional, dan pemahaman lintas budaya. Di dalamnya, para peserta bertemu, belajar, dan berkembang dalam mengeksplorasi budaya secara dinamis dan personal,” ujarnya.

Ia turut mengapresiasi kerja sama seluruh mitra dan tim UKDW yang mendukung terselenggaranya kegiatan tersebut. “Kepada seluruh peserta, jadikan program ini sebagai ruang untuk belajar, terhubung, dan menginspirasi satu sama lain,” pesannya.

Kepala Biro Kerja Sama dan Relasi Publik UKDW, Dr. phil. Lucia Dwi Krisnawati, menjelaskan bahwa program ini dirancang untuk membekali peserta dengan keterampilan global yang relevan dengan era digital. “Topik Visual Ethnography dipilih karena sesuai dengan gaya belajar generasi muda yang dekat dengan media visual seperti gambar, video, dan narasi digital,” terangnya.

Visual ethnography sendiri merupakan metode penelitian yang menggabungkan teori dan praktik pendekatan visual untuk memahami budaya dan menyampaikannya kepada publik. Melalui metode ini, peserta dapat mendalami perbedaan adat, kebiasaan, serta cara hidup masyarakat lokal, sekaligus mengeksplorasi penerapannya pada desain produk, media sosial, maupun jurnalisme.

“Kegiatan ini bukan sekadar tentang mengunjungi tempat-tempat baru, mengambil foto, atau merekam video. Lewat program ini, peserta belajar melihat manusia dan budaya dengan cara yang berbeda, bercerita melalui kamera dengan rasa hormat, rasa ingin tahu, dan pemahaman yang mendalam. Peserta dikelompokkan dan diberi proyek terkait budaya Jawa dan Bali, pertanian berbasis kearifan lokal, ekowisata berbasis komunitas, hingga kesehatan personal dan spiritual,” lanjutnya.

Baca juga: https://www.gugat.id/masa-depan-kemasan-biodegradable-packaging-jadi-solusi-lingkungan/

Kelompok-kelompok yang terbentuk bebas memilih topik proyek, dan hasilnya dapat dikonversi menjadi 2–3 SKS sebagai pengganti KKN atau mata kuliah Apresiasi Budaya. Antusiasme peserta tampak dalam setiap kegiatan. Paola Gatti dari Uruguay mengungkapkan, “Saya ingin mendapatkan perspektif baru tentang etnografi dari benua yang berbeda, dan program ini sangat tepat untuk itu.”

Nicole Rosen dari Italia menambahkan pengalamannya, “Hari ini kami mengunjungi museum, Keraton, dan Kampung Purbayan. Kami belajar tentang budaya Jawa, mencicipi makanan lokal, dan berbicara langsung dengan warga. Pengalaman yang luar biasa!”

Program ini menunjukkan bahwa pembelajaran lintas negara tidak harus terbatas pada ruang kelas. Dengan memadukan metode visual ethnography dan kolaborasi internasional, Summer Camp ini membuka peluang bagi generasi muda untuk menjadi pembelajar global yang reflektif, berempati, dan adaptif.

(Redaksi)

Leave a Comment

Your email address will not be published.

You may also like

Hot News

Instagram
WhatsApp
Tiktok
error: Content is protected !!