GUNUNGKIDUL, gugat.id – Pemerintah seharusnya memberi prioritas pada pengusaha kecil di tingkat pedusunan. Dukungan yang tepat dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat dari lapisan bawah.
Salah satu contoh nyata adalah Ari Susanto, warga Padukuhan Klepu, Kalurahan Planjan, Kapanewon Saptosari, Gunungkidul. Sehari-hari ia menekuni usaha kerajinan dompet kulit asli yang dikerjakannya di ruang kecil berukuran sekitar 3 meter persegi di rumahnya.
Dengan ketelitian dan kerapian, Ari memproduksi berbagai model, ukuran, dan warna dompet. Karya rumahan ini justru banyak diminati dan tidak pernah sepi pesanan, bahkan dari luar kota. “Pesanan terus mengalir. Biasanya hasil produksi saya dijual di toko pemesan,” ungkapnya, Kamis (4/9/2025).
Meski demikian, usaha ini benar-benar berjalan mandiri. Hingga kini Ari belum pernah mendapatkan pendampingan atau modal dari pemerintah maupun pihak terkait. Ironisnya, beberapa kali ia hanya dilibatkan sebatas sebagai perwakilan Kalurahan Planjan dalam pameran tahunan UKM di tingkat kabupaten, yang diarahkan untuk mendukung predikat Desa Rintisan Budaya.
“Besuk tanggal 20 September ada undangan untuk ikut pameran di Pemda Gunungkidul selama tiga hari,” kata Ari di rumahnya, Sabtu (30/8/2025).
Kisah Ari bermula sejak tahun 2015. Sebelum membuka usaha sendiri, ia pernah belajar langsung dari seorang perajin dompet kulit di Yogyakarta. “Waktu itu saya tidak memikirkan mau dibayar berapa. Intinya cukup dibayar ilmu dan keterampilan,” kenangnya. Setelah mahir, ia memutuskan mendirikan usaha pribadi dengan membeli bahan kulit asli dan pewarna dari toko langganannya di Jogja.
Pertanyaannya, mengapa perajin seperti Ari Susanto tidak mendapatkan perhatian dari Pemda maupun pemerintah desa setempat? Minimnya apresiasi dan dukungan ini menimbulkan keprihatinan, mengingat ada sedikitnya empat perajin kulit lain di Kalurahan Planjan yang juga membutuhkan pendampingan dan modal untuk mengembangkan usaha mereka.
Kegigihan Ari Susanto menjadi bukti bahwa potensi ekonomi lokal bisa tumbuh meski tanpa campur tangan pemerintah. Namun, tanpa perhatian dan fasilitasi yang lebih serius, peluang besar ini bisa saja terabaikan.
(Redaksi)