Gunungkidul, gugat.id – Para petani di daerah selatan Gunungkidul kini dalam keadaan resah akibat serangan kera ekor panjang (Macaca fascicularis) yang semakin marak. Dalam beberapa hari terakhir, setelah hujan deras yang memberikan harapan baru bagi para petani, mereka terpaksa menghadapi masalah baru ketika biji tanaman yang baru ditanam diserbu oleh segerombolan monyet liar (24/10/2024).
Salah satu petani dari desa Tanjungsari menceritakan, “Kami merasa sangat frustrasi. Setelah berusaha menanam benih, keesokan harinya kami mendapati hampir semua biji yang ditanam sudah digali dan dimakan oleh monyet. Tidak ada yang tersisa.” Kera-kera ini, yang datang berkelompok, tidak hanya mengambil biji tanaman, tetapi juga merusak tanaman yang sudah tumbuh, termasuk berbagai jenis sayuran yang menjadi cadangan pangan warga.
Kondisi ini membuat petani semakin khawatir, karena serangan monyet tidak hanya mengancam hasil panen, tetapi juga berdampak pada perekonomian mereka. Banyak petani yang menggantungkan hidup pada hasil pertanian, dan kehilangan tanaman bisa berakibat fatal.
“Kami merasa putus asa, karena setiap kali kami menanam, selalu ada risiko serangan dari kera-kera ini,” tambah petani tersebut.
Meskipun masalah ini sudah berlangsung cukup lama, banyak petani merasa tidak ada solusi yang memadai. Mereka khawatir untuk mengambil tindakan yang lebih drastis, seperti membunuh atau mengusir kera, karena spesies tersebut dilindungi oleh undang-undang.
“Kami tidak ingin melanggar hukum, tetapi kami juga tidak bisa terus-menerus kehilangan tanaman kami,” keluhnya.
Warga berharap pemerintah dan pihak berwenang dapat turun tangan untuk mencari solusi yang efektif. Mereka meminta agar ada program pengendalian populasi kera atau langkah-langkah lain yang dapat melindungi tanaman tanpa merugikan keberadaan spesies tersebut.
Baca juga: https://www.gugat.id/prof-edy-ai-ibarat-pisau-bermata-dua-peluang-besar-atau-ancaman-serius/
Melihat kondisi ini, banyak petani berharap akan ada perhatian lebih dari pemerintah untuk menangani masalah yang semakin mengancam ketahanan pangan lokal. Kera ekor panjang memang dikenal sebagai hewan yang cerdas dan adaptif, tetapi keberadaan mereka seharusnya tidak mengancam keberlangsungan hidup para petani.
Sementara itu, para petani di Gunungkidul tetap berharap agar ada jalan keluar yang memungkinkan mereka untuk kembali menanam tanpa rasa khawatir akan serangan hewan liar.
“Kami hanya ingin bisa bertani dengan tenang dan menghasilkan pangan untuk keluarga dan komunitas,” pungkas seorang petani.
(Redaksi)