Gunungkidul, gugat.id – Polemik lahan di kawasan Pantai Sanglen, Kalurahan Kemadang, Kapanewon Tanjungsari, Gunung kidul kembali memanas. Sejumlah bangunan warung milik warga dilaporkan dirusak hingga roboh, disertai aksi intimidasi yang dituding dilakukan oleh pihak tertentu. Bahkan, banner bergambar Sri Sultan HB IX juga ikut dirusak. Kejadian ini terjadi pada Selasa (29/7/2025).
Baca juga: Diduga Korban Malpraktik, Seorang Pasien Meninggal Usai Disuntik di Klinik Gesing Purwodadi
Dari pantauan di lokasi, sejumlah warung tampak porak-poranda, dengan atap asbes bolong dan bongkahan batu besar berserakan di tengah puing bangunan. Di antara puing-puing itu, ditemukan kertas bertuliskan:
“Gelem Bongkar Ora?” (Mau Bongkar Tidak?)
“Bongkaren Iki Selanjute” (Bongkar Saja Ini Selanjutnya)
Tulisan-tulisan tersebut diduga kuat sebagai bentuk ancaman dan teror terhadap warga.Salah seorang warga yang enggan disebut namanya mengungkapkan, pihak Kraton Yogyakarta dituding berada di balik aksi ini. Ia menyebut, sebelumnya warga telah menerima surat peringatan dan ancaman bertanggal 28 Juli 2025 yang disebut-sebut sebagai penanda awal penggusuran.
“Mereka merusak bangunan yang sedang kami perbaiki. Banner bergambar HB IX juga ikut dihancurkan,” ucapnya geram.
Lebih lanjut, warga menduga aksi ini dilakukan dengan cara melempar batu dari atas tebing yang mengelilingi area Pantai Sanglen, sehingga merusak bangunan dan menebar ketakutan.
“Ini bentuk teror. Mereka ingin kami takut dan membongkar sendiri warung yang kami bangun dengan jerih payah. Perbuatan seperti ini jelas tidak berkemanusiaan dan harus segera dihentikan!” tegas warga.
Hingga berita ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari pihak Kraton maupun pemerintah daerah terkait insiden ini. Warga berharap ada perlindungan hukum dan mediasi adil, agar polemik kepemilikan lahan ini tidak semakin memicu konflik sosial berkepanjangan.
(Red/hmw)