Penulis : Rizkiansyah Fitramadhana
GUGAT.ID – Banyak orang telah memakai Adidas Superstar, tapi sedikit yang tahu sejarah sepatu tersebut. Pecinta “brand dengan tiga garis” lebih mengenal Superstar sebagai perangkat fashion yang lekat dengan kultur musik serta skateboard. Padahal, historinya melintang jauh sebelum fashion dan subkultur mencair menjadi satu. Pada masa-masa itu, bukan budaya pemberontakan yang jadi sasaran adidas, tetapi gelanggang olahraga, lebih tepatnya bola basket.
Superstar lahir dari arena bola basket. Menurut cerita yang berkembang pada tahun 60-an, penguasa sepatu basket National Basketball Association (NBA) adalah Converse dengan produk andalannya yaitu All-Star. Hampir seluruh pemain NBA memilih Converse untuk menunjang permainannya. Namun, meskipun banyak diminati, Converse All-Star tidak luput dari kritik. Banyak pemain mengeluhkan desain kanvas All-Star yang membuat engkel rentan mengalami cidera. Bahan yang kaku juga tidak mendukung harapan pemakainya agar dapat bergerak lebih lincah. Sayangnya, kala itu tidak ada produsen yang bisa memenuhi ekspektasi dan menggeser dominasi Converse. Di sisi lain, Converse tampaknya sudah mentok dengan seri All-Star nya.
Kurangnya inovasi, baik di dalam desain dan teknologi sepatu basket, pada taraf selanjutnya mendorong adidas untuk masuk berkompetisi di ranah supplier sepatu basket. Petualangan mereka dimulai pada tahun 1964 saat meresmikan Adidas Super Grip.
Sukses bersama Super Grip, adidas kemudian merilis Adidas Superstar pada tahun 1969. Diciptakan secara khusus oleh Adi Dassler, Superstar merupakan sepatu basket pertama yang menggunakan bahan kulit di semua permukaannya. Selain itu, sepatu ini juga dilengkapi dengan moncong berbahan dasar karet yang memfasilitasi pergerakan dinamis pemain. Karena bentuk serta fungsinya yang hampir mendekati sempurna, Adidas Superstar cepat menarik hati para pemain NBA. Mereka berbondong-bondong meninggalkan All-Star dan memilih Superstar. Puncak kejayaan Superstar di dunia basket terjadi pada musim permainan 1973 ketika 75 persen pemain NBA diklaim sudah memakai Adidas Superstar. Dekade 70-an praktis dikuasai oleh adidas.
Namun, kemesraan adidas bersama olahraga bola basket tak berlangsung lama. Nama-nama beken lain seperti Nike dan Puma mulai masuk menyikut hegemoni Adidas pada awal tahun 1980. Ketika Nike mempublikasikan Air Jordan, seluruh lanskap bola basket langsung berpindah tangan dari Adidas menuju Nike.
Adidas Superstar yang terlempar dari arena bola basket lalu menyeberang ke skena hip-hop dan skateboard. Semua itu berawal dari satu grup hip-hop bernama Run-D.M.C. Alkisah, Run-D.M.C. pernah menyelenggarakan sebuah konser yang dihadiri sebanyak 40.000 penonton. Mereka datang ke pertunjukkan tersebut mengenakan Adidas Superstar tanpa tali dan lidah sepatu menjulur keluar. Di konser itu, mereka berkata pada pengunjung konser: “Jika kamu sedang memakai adidas, angkat sepatu adidasmu”. Mendengar pernyataan tersebut sebagian besar fans sontak mengangkat Adidas Superstar ke atas. Melihat ini, Adidas langsung menawarkan kontrak endorsement kepada Run-D.M.C.
Usai penandatanganan kontrak bersama Run-D.M.C., Adidas Superstar langsung meledak di pasaran. Tak hanya Run-D.M.C., Superstar bahkan dipakai juga oleh bingtang musik terkenal macam The Beastie Boys dan Madonna. Beranjak ke lingkungan skateboard ada Keith Hufnagel, Mark Gonzalez, Kareem Campbell, dan Carlos Kenner yang mengikuti tren memakai Adidas Superstar.
Kini, di abad dua puluh satu, Adidas banyak menjajaki kerja sama dengan desainer terkenal guna memperbanyak varian produknya. Contoh paling nyata terjadi pada tahun 2003 saat adidas menggandeng Nigo untuk merancang Super Ape Star. Terbaru, adidas mengajak Pharrell Williams berkolaborasi menciptakan Superstar “Supercolor” Collection.