CACIP #3: CATATAN ICIP 3 KULINER GUNUNGKIDUL |

CACIP #3: CATATAN ICIP 3 KULINER GUNUNGKIDUL

By

GUGAT ID, – Perkembangan ekspresi budaya di Indonesia sangat pesat, Khususnya masyarakat Gunung Kidul melestarikan kulinernya dari zaman tradisional hingga modernitas saat ini. Sejumlah menu masakan rumahan bersejarah yang perlu sahabat gugat.id ketahui.

Diceritakan oleh kakek dan nenek penjual makanan langka, akan kita kupas disini. Banyak Orang tua (Lansia) Yogyakarta menyebut daerah Gunung Kidul atau Wonosari— karena ibukota kabupatennya di Kecamatan Wonosari— adalah daerah kering yang sulit ditanami varian tanaman dengan kebutuhan air yang banyak.

Karena itu tanaman pangan yang sulit dikembangkan, masyarakat menanam berbagai macam tanaman yang mengandalkan air hujan atau penyesuaian iklim jawa disebut sistem pranoto mongso.

Tak khayal, cerita mereka tentang ketersediaan beras masih sangat jarang dan awam bagi masyarakat kurang mampu di Gunung Kidul.

Karena itu pula, masyarakat terdorong untuk kreatif dan inovasi “akibat keterbatasan”. Sejalan modernitas masuk di wilayah gunung kidul, tak heran, ada sejumlah makanan itu bertahan untuk dibuat dengan beradaptasi sesuai kondisi masyarakat, diantaranya:

Gudeg Bonggol Gedang 

Gudeng bonggol gedang atau gudeng batang pohon pisang adalah sebuah menu makanan yang terbuat dari bahan seperti dari namanya, yakni bonggol pisang atau batang pohon pisang. Bagi sahabat gugat.id, banyak yang mengira batang pohon pisah hanya dapat digunakan sebagai aksesoring acara jawa seperti pewayangan, atau dudukan pemandian jenazah, dan lain sebagainya. Gudeng bonggol pisang merupakan menu makanan khas di Gunung Kidul. Namun, hampir tidak banyak yang menjual menu makanan ini seperti resto maupun warung makan pinggiran pada umumnya. Seringkali, menu makanan ini tampil di pasar-pasar pagi tradisional Gunung Kidul. Menu makanan ini cukup favorit bagi penggemar pedas, gurih, asin dan manis. Bersama ditemani minuman teh hangat yang dituang dari teko yang terbuat dari tanah liat.

Karangan

Gethuk Karangan atau Karangan adalah salah satu menu makanan yang asli perbatasan pesisir Bantul-Gunung Kidul,dinikmati oleh masyarakat Gunung Kidul tempo dulu. Menu makanan ini menjadi buah bibir masyarakat luas ketika/setelah bercerita susahnya mendapat makanan di perbukitan Gunung Kidul. terutama, sahabat Gugat.id mendengar masa paceklik gunung kidul yang sulit sehingga membuat barter antara bahan makanan ketela singkong yang dikupas dan sudah kering (gaplek) dengan menu makanan ini pada 60-80’an. Menu makanan ini memiliki rasa asin, namun dengan bau amis karena proses pemasakannya sebatas rumput laut yang direbus dan didiamkan membeku dengan sendirinya. Sayangnya, makanan murah ini sudah jarang sekali ditemui, bahkan hampir punah.

Gathot

Gathot adalah sebuah menu makanan dari bahan dasar gaplek. Rasanya yang bisa dibuat gurih, asin, dan manis ini, Gathot memiliki penikmat sendiri di Gunung Kidul. karena bentuknya yang hitam-coklat serta lengket, sahabat gugat tidak perlu khawatir karena makanan ini aman dikonsumsi dengan tingkatan sedang. Bagi sahabat gugat.id yang terlalu banyak memakan gathot akan mengalami lidah kebas dan perut kembung. karena makanan ini memang berfungsi sebagai pengenyang pada zaman susah makanan di Gunung Kidul.

Bagi sahabat yang datang ke Gunung Kidul untuk mencari sensai makanan ekstrem dan berjelajah makanan tradisional, tiga makanan ini cocok untuk sahabat Gugat.id.

Silahkan sahabat gugat.id mencoba menu makanan yang akan kami informasikan dalam kolom ini.

semoga membantu sahabat gugat.id untuk menemukan pengalaman kuliner yang baru ketika berkunjung di Gunung Kidul.

Selamat datang dan berkunjung kembali sahabat Gugat.id.

(tim redaksi)

Leave a Comment

Your email address will not be published.

You may also like

Hot News

Instagram
WhatsApp
Tiktok
error: Content is protected !!