Hakim Agung Ditangkap, Ketua KY: 100% Bersih Saat Seleksi |

Hakim Agung Ditangkap, Ketua KY: 100% Bersih Saat Seleksi

By

YOGYAKARTA, GUGAT. ID – Lembaga peradilan di Indonesia saat ini sedang diterpa ujian berat dengan ditangkapnya Hakim Yustisial Mahkamah Agung (MA) Edy Wibowo, 2 hari yang lalu, dalam kasus dugaan suap penanganan perkara. Ia menjadi tersangka ke-14 yang ditahan KPK terkait kasus suap penanganan perkara di MA.

Papar Rektor Universitas Widya Mataram (UWM), Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec. saat membuka acara Kuliah Umum Fakultas Hukum (FH) UWM dengan narasumber Ketua Komisi Yudisial (KY) Republik Indonesia, Prof. Dr. Mukti Fajar Nur Dewata, S.H., M.Hum– Rabu, 21 Desember 2022.

“Bayangkan, MA sebagai Pengadilan Tertinggi, yang bertugas untuk menjaga agar hukum diseluruh wilayah Republik Indonesia diterapkan secara adil, tepat, dan benar, dihuni banyak oknum yang tidak berintegritas.” lanjut Rektor UWM itu menyuarakan keresahan terhadap kondisi lembaga peradilan di Indonesia.

Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec

Sejak dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 2002, baru pada tahun 2022 ini ada hakim agung yang ditangkap oleh KPK. Pada Bulan September 2022, Sudrajad Dimyati mendapatkan “kehormatan” sebagai hakim agung pertama yang terjerat kaus korupsi. Belum selesai kasus Sudrajad, publik kembali dihebohkan dengan penangkapan hakim agung yang kedua yaitu Gazalba Saleh.

Penangkapan pejabat-pejabat ini jelas akan mengurangi kepercayaan publik terhadap lembaga peradilan di tanah air, baik MA maupun lembaga-lembaga peradilan di bawahnya. Hal ini yang kemudian menimbulkan pertanyaan bagaimana bisa orang yang berkepribadian buruk ini menjadi seorang hakim agung.

Ketua KY, Prof. Mukti menjelaskan bahwa, semua hakim agung, termasuk Sudrajad Dimyati, dinyatakan 100% clean & clear pada saat masih dalam proses seleksi.

Kriteria seleksi ini meliputi kualitas, kesehatan, dan kepribadian. Seleksi terhadap kriteria kepribadian ini dilakukan dengan memperhatikan profile assessment dan track record calon hakim.

Track record dari calon hakim ini, dikumpulkan dari informasi masyarakat, self assessment calon hakim, dan investigasi oleh KY, yang kemudian dilakukan konfirmasi ulang terhadap data yang diperoleh dengan cara klarifikasi. Prof. Mukti kemudian memastikan bahwa seleksi terhadap calon hakim dilakukan dengan strict dan teliti.

“Problematika terhadap rendahnya moralitas hakim baru muncul setelah hakim menjalankan tugasnya” Lanjut Prof. Mukti.

Ketika seorang hakim menjalankan tugasnya akan menemukan berbagai macam gangguan seperti iming-iming suap. Berdasarkan temuan KY, dideteksi bahwa adanya mafia peradilan yang secara bentuk mirip dengan sel teroris. Mafia ini ditemukan tidak hanya pada tingkatan hakim tetapi juga di berbagai tingkatan elemen lain mulai dari sopir, staf, hingga panitera.

Prof. Dr. Mukti Fajar Nur Dewata, S.H., M.Hum

Hal ini dapat dilihat karena untuk menemui hakim secara langsung akan susah karena menimbulkan kecurigaan. Sehingga pasti ada perantara dari salah satu elemen ini untuk menjembatani antara pihak yang berperkara dengan hakim.

“Mungkin di pengadilan negeri masih bisa menemui secara langsung, di Pengadilan Tinggi mulai sulit, di Mahkamah Agung hampir mustahil pihak yang berperkara untuk menemui hakim agung yang menangani perkara.” Papar Ketua KY itu.

Dari hal ini, untuk menangani masalah mafia kasus, KY memberikan rekomendasi dan telah dijalankan oleh MA untuk melakukan mutasi terhadap belasan staf dan panitera sehingga diharapkan bisa memutus rantai sel mafia peradilan.

“Namun terlepas dari permasalahan yang ada, masyarakat harus tetap optimis dengan penegakan hukum di Indonesia.” pungkas Prof. Mukti mengakhiri kuliah umum.

Menurut survey internal KY, indeks integritas hakim cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015 indeks integritas hakim mencapai skor 5,9, kemudian 2016 mendapat skor 6,15, dan 2017 pada skor 6,17 hingga menjadi 6,4 di tahun 2018. Selain itu pada 2021, Mahkamah Agung mendapatkan 82,72, hal itu mengalami peningkatan signifikan jika dibandingkan dengan hasil survei pada tahun 2018, yang hanya mendapatkan skor 61,11.

(red/uwm)


Leave a Comment

Your email address will not be published.

You may also like

Hot News

Instagram
WhatsApp
Tiktok
error: Content is protected !!