Yogyakarta, (gugat.id) – Hatinya sangat kecewa, ketika perjodohannya ditolak oleh Baruno, sedangkan ia sudah menyetujui keputusan orang tuanya yang tak lain adalah seorang Adipati di Wonoasri.
Keputusan itu ditulis pada selembar kain yang dimasukkan dalam sebuah peti pusaka bernama Mustika Dahayu, yang diambil dari nama seorang putri berparas cantik putri Adipati Kusumo Narutomo Sang penguasa di tanah Kadipaten Wonosari.
Diatas adalah sepenggal ringkasan cerita teater yang dimainkan oleh kelompok teater IKAT, berkolaborasi dengan kelompok teater KOPI MOCA dan SAMYA Etnik sebagai ilustrasi musik, pada Sabtu (24/09/22) di Sanggar Seni Niti Budoyo, Nitiprayan.

“IKAT adalah alumni teater SMKI yang telah menyebar di berbagai daerah. Sedangkan KOPI MOCA adalah kelompok teater SMKI. Jadi pementasan tersebut adalah kolaborasi antara kakak dan adik. Sedangkan SAMYA Etnik adalah sebuah komunitas, yang menekuni musik ilustrasi, setting artistik, seni rupa, dan desain,” Jelas Bdjo Ludiro bagian penata artistik.
Naskah Mustika Dahayu ditulis oleh Wiwik Wini yang sekaligus menjadi sutradara, pimpro Nunung Rieta, penata musik Jojo Sae (Samya Etnik), penata artistik B’Djo Ludiro (Samya Etnik), Penata cahaya Rizki- B Rama, penata Rias dan penata busana Sumirah, stage manager Victor wiratno.

Sedangkan dari pemain ada Kayla, Angga, Yobel, Yuswo, Sumirh, Sukaptiran, Hastari, Bambang, Purwanti, Alfian, Ike LK, Indri S, Kenik Sri, Jafier, Rahmat, Rifki. Ada juga Yoga, Abel, Noval, Hildan, Ais, Maryati, Ael, Askia, Yasmin, Ocha.
Pemandu acara oleh Rini Widyastuti dan Sukir Iwak Gasir. Harapan yang ingin disampaikan oleh Wiwik Wini dalam pementasan ini adalah sebuah nilai perjuangan yang harus tetap mengedepankan kerendahan hati, yang memuat tata kerama atau ungah ungguh, kejujuran, kesetiaan, dan menjunjung tinggi doa restu orang tua.
Dan berikut adalah kelanjutan naskah dari Teater berjudul ” Mustika Dahayu “Dalam peti pusaka itu berisi pesan, bahwa siapa saja, seorang laki-laki yang berhasil membuka peti Pusaka itu akan dinikahkan dengan Putri Mustika Dahayu sekaligus diangkat menjadi Adipati di Wonoasri.

Baruna merasa tidak pantas menerima perjodohan tersebut, karena merasa hanya seorang rakyat jelata yang walaupun dia sudah berhasil membuka peti pusaka yang disimpan oleh Adipati Sepuh yang menyamar sebagai mbah Diro yang tinggal di sebuah desa dan ingin mencari seorang pemimpin yang bijaksana dan rendah hati calon pemimpin Kadipaten pengganti putranya.
Saat Baruno dan Mustika Dahayu saling bertemu, tumbuh rasa cinta dalam hati Baruno sehingga akhirnya Baruno menyanggupi apa yang menjadi titah sang Adipati yang sudah ditulis dalam sebuah wasiat di dalam peti pusaka.
(redaksi)