GUGAT.ID (Yogyakarta) – “Jangan berhenti hanya dengan membaca judul berita, tanpa menelaah lebih lanjut tentang isi berita, narasumber, tanggal kejadian, hingga sumber berita yang bisa dipertanggungjawabkan” begitu pesan singkat yang disampaikan host Podcast Kutunggu di Pojok Ngasem Puji Qomariyah sekaligus Wakil Rektor III saat menutup podcast Rabu, 13 Juli 2022 di Studio Kutunggu di Pojok Ngasem.
Keengganan menelaah-menelisik berita lebih dalam telah menjebak masyarakat dalam era post-truth dimana dengan mudahnya mengambil kesimpulan cepat dan instan dari judul berita yang dibacanya, telah menjadi keseharian masyarakat hari ini.
Bisa ditebak, masyarakat hanya beranjak dari satu keriuhan ke keriuhan berikutnya dalam kontestasi penyebaran berita bohong (hoax), dengan tanpa disadari turut mengkonsumsinya.
Pada satu sisi dunia yang terhubung dengan gawai pintar telah mendekatkan jarak yang terentang dari berbagai belahan dunia, namun pada saat bersamaan kerap pula menghilangkan ruang sosial-relasi antarmanusia dengan lingkungan terdekatnya.
Presentasi Tunggal Satu Karya/Solo Artworks Exhibition (SAE) yang diselenggarakan secara reguler oleh Univ. Widya Mataram di studio podcast Kutunggu di Pojok Ngasem. Kali ini merupakan edisi pertama untuk SAE periode kedua dari seniman patung Duvrart Angelo.

Karya ini berjudul Penetrasi Media yang dibuat oleh seniman patung Duvrart Angelo pada tahun 2009 dalam medium Plat Besi, Cat Duco, PVC, Lampu Spot, Digital Printing berukuran 30x30x82cm. Sebuah representasi kekuatan yang menembus dan menghancurkan sebuah pemikiran, ideologi, kultur, bahkan kebenaran, bernama media massa, begitu penjelasan Angelo pada host.
“Hari-hari ini kita bisa menyaksikan bagaimana kemampuan penetrasi media massa (termasuk media sosial) masuk kedalam sendi-sendi kehidupan manusia yang tidak jarang menjungkirbalikkan nilai-norma yang ada di masyarakat. Tentu tidak terlepas dari perkembangan iptek dan dunia berjejaring. Fenomena HOAX pada saat bersamaan tidak diimbangi dengan literasi (analog-digital) hanya akan memunculkan pseudo sains yang justru kerap digunakan sebagai acuan oleh masyarakat, dan rentan dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu untuk mengambil keuntungan dari pseudo truth tersebut”, tegas Puji yang saat ini sedang mengambil program Doktor Kajian Budaya.
Pada karya yang dibuat tiga belas tahun silam Duvrart Angelo menyampaikan pesan bahwa pada setiap era peradaban tentu saja akan mengalami tahap-tahap perubahan pola hidup masyarakatnya karena adanya pergeseran kultur yang disebabkan hal baru yang menjadi euphoria dalam masyarakat tersebut, dimana media massa berperan besar dengan kekuatan propaganda yang masuk kedalam pikiran masyarakat.
Pada tahapan berikutnya akan memproses ulang cara berfikir, ideologi, keyakinan bahkan kebenaran yang sebelumnya dianut oleh masyarakat tersebut sehingga sedikit demi sedikit kultur yang sedemikian terjaga dan kuatpun akan tertembus larut dalam sebuah tatanan dengan nilai-nilai estetika yang baru, dan sampai saat ini proses itu masih berjalan pelan-pelan, tapi pasti. Duvrat Angelo banyak merespons ruang publik di wilayah Yogyakarta.
Tiga tahunan lalu jika kita berjalan sepanjang Jalan Malioboro hingga Titik Nol Km Yogyakarta, ada. tujuh patung bregada keraton dalam ukuran 2 meteran dengan figur tambun dan tersenyum menyapa. Selamat datang di Jogja dan kutunggu di Pojok Ngasem…..
red/mjb