Yogyakarta (gugat.id) – Para penonton dilibatkan secara utuh, garis demarkasi “luar” dan “dalam” menjadi selaras. Para penontonpun bebas membidik obyek yang mana, mereka diharpkan tidak terbuai oleh plot, karena memang tidak ada plot.
Tidak ada alur pentas yang kaku, karena plot dalam pementasan kali ini adalah tanpa plot. Kebebasan alur ini membuat mantra bertaut, bersinergi dengan musik yang bergemuruh dalam hening dan gerak yang menghentak dalam diam.

“Kita percaya napas dingin Gaung saat memilih mana mantra yang dibacakan, mengambil jarak dengan peristiwa dan di saat yang sama menggemakan kebesarannya” ujar Wahyana.
Itulah pementasan “NgayogyaMantra” di Taman Budaya Yogyakarta Jl. Sriwedani No.1, Ngupasan, Kapanewon Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dihelat pada 27 Oktober 2022 pukul 19.38 WIB.
Pementasan ini mengangkat naskah Joko Santosa, sebagai sutradara adalah Wahyana Giri Mawacipta, penata musik, Gaung Kyan Renantya Sidarta, penata tari Hajar Wisnu Satoto, penata cahaya Zordi Ignatius dan Mustika Garis, penata artistik Agus Fatwa Suyamto, Koestri Wirorajan, Heri Prasetya, Dwi Tiara Romadhona, Stage Manager Dede Herlambang, Agus Sandiko, pimpinan produksi Lidwina Riestanti, publikasi Yan Santana Putubiung.

Sedangkan para penari adalah Darmawan Dadiono, Anom Juta, Olivia Tamara, Mona Kemalayati, Tiwi Febrimaningrat, Ardhana Wikanestri. Sedangkan pembaca mantra adalah Keluarga Besar Teater Alam.
Acara tersebut adalah dalam bingkai 50 tahun Teater Alam sekaligus mangayubagya Pelantikan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.
(red/bdjo)