GUGAT.ID (Sleman) – Sejumlah perupa, budayawan, mahasiswa, dan anak-anak mengadakan peringatan HUT RI dengan cara yang unik di Nagari Naga, Kebun Naga. (16-17/08/22).
Acara yang berlangsung secara sederhana tersebut menjadi berbeda, karena dikemas menjadi acara budaya. Sebelum acara diawali, rombongan Umbul Dunga R. Bambang Nursinggih, mengalunkan Kidung Sastra Mantra, kemudian dilanjutkan dengan ramah tamah.
Terlihat hadir seniman -senima seperti Hendra Buana, Joko timun, Kibar, Bambang Eka Beb, dan para sesepuh lainya.Setelah Umbul dunga dilanjutkan acara ramah tamah, disambung dengan doa bersama yang dipimpin oleh Gus Nas.
Acara yang berlangsung selama 2 hari tersebut diprakarsai oleh Boy Rifai di Nagari Naga, Kebun Naga, yang beralamat di jalan Kaliurang KM 11, Gadingan, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
Baca Juga
- Peringati HUT RI Bantul Adakan Festival Layangan Samas
- Mural Sepanjang 500 Meter Membentang di Pantai Samas
- Teater Kembali Menggeliat di Yogyakarta
“Selain berdoa dengan Sastra Mantra, kami juga menghadiahkan Khulhu Seketi kepada para pahlawan yang berjuang untuk Indonesia tercinta ini untuk mohonkan ampunan kepadaTuhan Yang Maha Kuasa, barangkali selain berjuang, barangkali para pahlawan juga melakukan kekhilafan, semoga arwah para pahlawan yang gugur mendahului kita mendapat tempat mulia di sisiNya”, tutur Boy Rifai.
Acara dilanjutkan dengan melukis On the spot bersama para perupa. Titus Libert, Joko Sarjono, Barlin Srikaton, Risdiyanto, Sambodo, Jedink Alexander Joko Wasis, Agus Supraptono, Bdjo Ludiro, Paulus Widyatmanto, Tri Adi Wijaya, Yoyok , Chamid Arang, Yaya Maria, Arita Savitri, Irma Pamuji Rahayu, Tri kalipa, Cia Cia ikut meramaikan dalam giat ini.

Dari Rumah Biola anak- anak memainkan biola melantunkan lagu kebangsaan dan lagu daerah sambil melihat satu persatu perupa berkarya untuk mengenali proses melukis wajah dan patung pahlawan, Saat makan siang tiba, anak anak dibimbing oleh Boy Rifai untuk meladeni makanan dan minuman kepada orang tua mereka yang mengantar ke acara tersebut, dimaksudkan untuk melatih hormat kepada para orangtua.
Joko Wasis, salah satu perupa yang turut hadir mengisi acara tersebut bahkan melakukan aksi melukis secara berbeda. dianmelukis sambil berjalan kaki dari Nagari Naga, Kebun Naga, jalan Kaliurang KM 11 menuju kota sampai di daerah Jetis.
Di temani Eko, Joko Wasis menggoreskan warna-warna cat dengan jari-jari tangannya pada bentangan kanvas di atas gerobag mini yang ditarik sepeda motor dengan bendera merah putih yang dikemudikan oleh Mbah Darmo.
Dikenal dengan keunikanya dalam berkarya, Joko Wasis pernah melakukan aksi yang sama yaitu melukis sambil berjalan kaki dari Yogyakarta menuju Jakarta.
Dirinyaa selalu berusaha menantang dirinya untuk tidak lemah dalam berkarya, bahkan walaupun dalam kedaan yang diwarnai keterbatasan.

“Saya melakukan ini supaya jiwa saya sehat dan tidak menjadi lemah, karena semangat dan gairah harus terus terbangun untuk.terus berkarya”, ungkap Joko wasis.
Umur memang boleh tua, tapi semangat harus tetap terpelihara. Seperti slogan “Tetep Semangat Tanpo Sambat” yang ditulis di bongkahan batu yang ditarik tubuhnya sambil melukis menyusuri jalanan aspal yang panas.
Aksi tersebut memang sambil menarik bongkahan besar, dimaksud sebagai bongkahan batu sebagai simbol beban kehidupan baik secara pribadi maupun masyarakat dan Negara.
Aksi Joko Wasis selesai menjelang petang dan tiba kembali dari titik keberangkatan dan terlihat beberapa perupa masih setia menunggu kedatangan Joko Wasis tiba kembali untuk memberikan apresiasi.
red/slmt bdjo