GUGAT.ID (Yogyakarta) – Setiap karya seni yang diciptakan oleh seorang seniman pada hakikatnya merupakan suatu karakteristik. Karakteristik yang terdapat dalam suatu karya seni sekaligus menjadi refleksi identitas pribadi penciptanya. Identitas pribadi yang terdapat dalam suatu karya seni pada dasarnya merupakan hasil pemikiran yang dipadukan dengan citarasa dan pengalaman estetik seniman serta dimanifestasikan ke dalam media ekspresi, dengan kemampuan teknik yang ada padanya.
“Hubungan seni dengan kehidupan sosial merupakan masalah yang selalu muncul dalam setiap kreasi seni bagaimana seniman menciptakan karyanya, dan karya seni menjadi instrumen transformasi sosial, kritik sosial atau media penyadaran sosial, sehingga bisa dikatakan bahwa sebuah karya seni lahir sebagai manifestasi dari konteks sosial-budaya seorang seniman.” Begitu analisis Puji Qomariyah, Sosiolog yang sekaligus Wakil Rektor III Universitas Widya Mataram yang juga Host Podcast Kutunggu di Pojok Ngasem saat ditemui di Studio Kutunggu di Pojok Ngasem, Senin 1 Agustus 2022.
Puji menjelaskan bahwa pada Edisi ke-23 pameran tunggal satu karya merupakan Solo Artworks Exhibition (SAE) edisi kedua periode kedua dengan presentasi dua karya drawing-painting dari seniman patung Sentot Widodo.
Perjuangan seseorang untuk bertarung dan bertahan hidup dan menghidupi keluarga dan usahanya, perjuangan orang miskin dengan masalah sosial yang menerpanya, ,masalah pengangguran, persoalan sosial seperti ekonomi yang selalu melilit bahkan mencekik hidup kehidupannya kerap menjadi pembacaan Sentot yang hadir dalam karyanya.
Lihat Juga
- Perlu Kajian Lanjut Ganja Sebagai Obat
- ICMI DIY Dukung Gerakan Anti Islamophobia
- Warga Dihantui Pembuatan Surat Keterangan Ahli Waris
Pada lain waktu realitas keberagaman dan kebangsaan juga sering hadir dalam karyanya. Pembacaan yang demikian kerap memunculkan paradoks sehingga lahirlah karya-karya Sentot dalam gaya surealis-ekspresif-satire. Basis keterampilan teknik dan gaya realistik yang dimiliki adalah perkara utama karya-karya Sentot.
Sejak awal karirnya sebagai perupa di awal tahun 2000-an, gaya melukis realistik selalu hadir dalam karyanya. Secara citraan, drawing menjadi salah satu ciri khas karya Sentot dengan menghadirkan surealis-ekspresif-satire dalam tema-tema yang diangkatnya dengan pilihan material tinta cina.
Visual karya tersebut dalam citraan monochrome hitam-putih pernah dipamerkan secara tunggal di Kersan Art Foundation pada tahun 2013 dimana Sentot memamerkan karya drawing-painting di atas kanvas dalam tajuk “Tarung dan Taruh” yang mendapatkan Best Painting Jakarta Art Award pada tahun 2012. Dalam “Tarung dan Taruh” konsep pertaruhan dan pertarungan digambarkan dengan mensintesiskan beberapa tanda diantaranya: potret para pesohor di seni rupa dan tokoh, potret orang tua, tube cat minyak, dan sejumlah objek berupa benda dan binatang.
Kehadiran objek-objek tersebut digunakan Sentot sebagai penjembatan konsep pertaruhan dan pertarungan untuk menghilangkan kesan berhadap-hadapan satu sama lainnya.
“I Love You”, karya Sentot yang dibuat pada tahun 2018 dalam medium campuran (mix media) berukuran 100 cm x 118 cm, serta sebuah karya drawing-painting dalam medium cat akrilik dan tinta cina di atas kanvas berukuran 90 cm x 70 cm saat ini sedang dipresentasikan di dinding Studio Kutunggu di Pojok Ngasem Universitas Widya Mataram hingga 4 Agustus 2022.
Di akhir perbincangan Puji mengingatkan untuk kunjungan langsung terbatas harus mematuhi protokol kesehatan yang ada, serta melakukan reservasi terlebih dahulu untuk memastikan sesi waktu kunjungan yang tersedia.
Silakan menghubungi Biro 3 Universitas Widya Mataram Yogyakarta. Dan jangan lupa kutunggu di pojok Ngasem.
red/mjb